Sabtu, 28 Maret 2015

Coretan Pertama


Dahulu saya pernah menulis tulisan di salah satu media social blogging juga. Ya ini untuk memulai blog baru yang saya bikin aja hehe.




Dalam ekonomi sistem nilai tukar mata uang itu dibagi menjadi 2, yaitu floating exchange rate dan fixed exchange rate.
Kalau floating exchange rate itu sisterm nilai tukar mata uang dalam suatu negara diserahin pada pasar, jadi dilihat dari permintaan dan penawaran akan mata uang tersebut. Contohnya, misalkan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar itu Rp 9.000/USD, nilai itu bisa berubah naik atau turun ditentukan dari permintaan dan penawaran akan kurs mata uang tersebut.
Kalau fixed exchange rate itusistem nilai tukar mata uang dalam suatu negara ditentukan oleh pemerintah, jadi pemerintah yang menentukan dengan suatu kebijakan untuk menetapkan berapa nilai kurs mata uangnya. Misalkan nilai tukar rupiah terhadap dollar 9.000/USD, maka nilai tersebut bisa berubah jika pemerintah mengeluarkan kebijakan, berbeda dengan floating exchange rate yang perubahannya ditentukan dari penawaran dan permintaan pasar valas
Kedua sistem nilai tukar tersebut ada kelebihan dan kekurangannya, setiap negara boleh memilih sistem mana yang dipakai. Nah kalau di negara yang kita cintai ini yaitu INDONESIA, kita memakai kedua sistem tersebut, curang kan ? Sebenernya sih ga curang, memang lebih baik kedua sistem tersebut harus digabung untuk bisa menstabilkan pasar nilai tukar/valas dan menciptakan kekuatan yang dahsyat supaya bisa menaklukan negara-negara huahahahahah! <—— oke ini berlebihan -__-.
Kalau di Indonesia sistem floating dipakai saat ekonomi dan pasar valas lagi stabil, jadi naik turunnya exchange rate tidak terlalu ekstrim. Tapi jika sedang terjadi krisis seperti tahun ‘98 maka pemerintah harus mengambil intervensi melalui BI agar nilai mata uang rupiah tidak terpuruk dan mengalami super depresiasi, nah saat itulah sistem fixed exchange rate digunakan
Contoh kasus baru terjadi beberapa bulan ini, saat nilai tukar rupiah masih adem ayem sekitar 9.xxx/USD karena adanya defisit neraca berjalan indonesia, menyebabkan nilai tukar rupiah merosot tembus ke level 10.xxx/USD. Oke pada saat itu gw masih memperkirakan rupiah ga akan tembus ke level 10.430/USD karena menurut gw BI tau apa yg harus dilakukan, dan ternyata dugaan gw salah. Rupiah malah tembus ke level 11.xxx/USD, “omaygod, are you drunk BI ?” “forex emang keras bos!” yak mungkin itu kata-kata yg bisa gw sampaikan. BI seolah-olah tidak terlalu memperkirakan bahwa nilai mata uang rupiah tidak akan terperosok hingga 11.000/USD. Pemerintah melalui BI baru melakukan intervensi kalau tidak salah setelah rupiah udah mencapai level 10.6xx/USD dan setelah BI melakukan intervensi nilai tukar rupiah malah nembus hampir ke level 12.000/USD ya karena memang kebijakan suatu pemerintah ga akan langsung kerasa.
Menurut gw sih intervensi BI telat, #IMHO karena jika BI dan atau pemerintah lebih cepat tanggap mengeluarkan kebijakan/intervensi mungkin rupiah ga akan msh di level 11.xxx/USD untuk sekarang, dan jika intervensi pemerintah ini kurang efektif maka level 11.xxx/USD akan menjadi keseimbangan baru
*maaf jika ada salah kata, makna, dan pengertian
#UtampanScratch